Jumat, Desember 12, 2008

pe ha ka...

krisis ekonomi yang melanda dunia tak pelak berimbas juga ke perekonomian indonesia. meski dalam beberapa kesempatan pemerintah mengatakan kalo perekonomian indonesia cukup tahan terhadap terpaan krisis kali ini. toh dampak (buruk) efek krisis itu mulai terasa dan terlihat. gelombang phk mulai terjadi. beberapa perusahaan sudah dan akan melakukan phk dengan alasan efisiensi dan rasionalisasi. bahkan perusahaan besar berkelas multinasional pun ada yang mengambil langkah tersebut.
di perusahaan saya (maksudnya perusahaan tempat saya bekerja, bukan perusahaan milik saya) hal yang sama terjadi. sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan mineral dan batu bara. ada beberapa (kalo tidak bisa dibilang banyak) perusahaan yang tergabung dalam satu group perusahaan. masing-masing perusahaan untuk satu job site. sejak april 2008 saya ditugaskan di site Morowali, sebuah kabupaten di Sulawesi Tengah. ini adalah job site baru, yang baru dibuka sekitar bulan januari 08. karena target dari manajemen, pekerjaan berlangsung simultan. eksplorasi belom selesai dibarengi dengan kegiatan eksploitasi. infrastuktur pun dikebut. penambahan dan penerimaan karyawan terus berlangsung. pertambahan karyawan begitu cepat, hanya dalam tempo sekitar 5 bulan jumlah karyawan menjadi sekitar 700 orang. dengan rincian sekitar 150 orang karyawan dengan poh (point of hire = asal perekrutan) jakarta dan sisanya karyawan poh lokal (warga masyarakat desa sekitar lokasi tambang maupun pendatang).
pada bulan agustus 2008 mulai terdengar berita bahwa perusahaan mulai slowdown. karena harga jual bahan galian nikel turun. pada pertengahan bulan oktober 2008, perusahaan mulai menghentikan kegiatan operasional. semua kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan pekerjaan infrastruktur dihentikan. akhir bulan oktober 08, perusahaan mulai mengurangi jumlah karyawan. saat ini tinggal tersisa 80an karyawan (20 orang karyawan poh lokal dan sisanya karyawan poh lokal). harga jual bahan galian/ore nikel yang turun drastis dan tidak sebanding dengan biaya produksi menjadi alasan. ditambah krisis ekonomi global, jadilah perusahan menempuh jalan efisiensi ini. keadaan hampir sama dialami dan dirasakan perusahaan-perusahan yang bergerak di bidang pertambangan nikel. masing masing perusahaan melakukan pendekatan yang berbeda. ada yang langsung mem phk karyawan, ada yang hanya merumahkan karyawannya dan ada pula yang mengkombinasikan keduanya. intinya perusahaan berusaha menekan cost seminimal mungkin sambil menunggu krisis berlalu harga nikel membaik.
phk seperti sebuah koin dengan 2 sisi yang tidak terpisahkan. bagi perusahaan, ini adalah jalan terbaik untuk tetap survive di tengah terpaan badai krisis ekonomi. perusahaan menyebutnya efisiensi, rasionalisasi. bagi karyawan (yang di phk) adalah sebuah akhir. akhir dari karir dan kesempatan mendapat penghasilan dari perusahaan tersebut. sekaligus awal untuk mencoba peruntungan di perusahaan lain atau mencoba untuk berwiraswasta (dengan modal uang pesangon yang didapatkan,hehehe). semoga saja krisis segera berakhir, ekonomi membaik dan perusahaan-perusahaan kembali beroperasi. dengan sendirinya kesempatan kerja pun kembali terbuka...

salam... ^_^


saiful jamil dan dewi perssik..

secara tidak sengaja, beberapa kali saya nonton acara infotainment. sebuah acara tentang seputar dunia selebriti dan keartisan, dari yang penting banget sampai yang tidak penting sama sekali. dari yang berita yang jelas (tentang selebriti tentunya) sampai kapar burung yang tidak jelas juntrungnya. dari masalah berat sampai yang remeh temeh. semua diberitakan (atau digosipkan?). begitu banyak acara sejenis ini di stasiun teve kita.
dari beberapa ketidaksengajaan nonton acara tersebut, ada hal yang cukup menarik perhatian saya. menarik dalam tanda kutip tentunya. yakni berita (dan gosip) tentang pasangan saiful jamil (SJ) dan dewi perssik (DP, denger2 nama aslinya dewi muria agung, ini gosip apa fakta yaa?). dulunya mereka sepasang suami istri, tapi sekarang sudah bercerai. yang menarik adalah, dua orang ini masih saling 'terkait' (atau sengaja dikaitkan, bisa juga dikait-kaitkan). setiap ada pemberitaan tentang SJ, pasti si DP juga dikaitkan. begitupula sebaliknya, saat DP sedang diberitakan (ni orang kayaknya haus popularitas, tak henti2nya membuat sensasi) pasti si SJ juga disangkutpautkan.
saat mau cerai, heboh diberitakan. ketika rujuk, mereka mengobral kemesraan di depan kamera. saat cerai lagi, jadi bahan pemberitaan. ketika sudah cerai dan punya kehidupan masing-masing, masih juga saling membuat sensasi. si DP sakit SJ dg rela mengantar ke rumah sakit. ketika keluar dari rumah sakit, si SJ menyambutnya. si Sj nyalon jadi walikota, tidak lama si DP merilis pernyataan kalo ada sekelompok (apa segelintir orang) yang memintanya jadi calon walikota. si DP sedang dituntut di persidangan, SJ ikut menghadiri sidang. tidak jelas untuk apa dan apa motivasinya. dan lain lain..dan lain lain...kontroversi dan sensasi yang mereka ciptakan.
menjadi 'aneh' (dalam pikiran saya) karena mereka pernah menjadi pasangan yg mesra (kelewat mesra malahan) berseteru, rujuk, berseteru lagi, cerai dan setelah itu masih saja selalu dikait kaitkan padahal masing masing punya kehidupan sendiri. atau jangan-jangan saya yang aneh? yang beginian diperhatikan dan dibahas, hehehe...au' ah..
yah, itulah dunia selebriti, dunia pertunjukan. popularitas jadi tolok ukur, sekaligus tujuan (disamping uang), yang dapat ditempuh dengan berbagai cara.




tulisan terdahulu

beberapa tulisan terdahulu bisa di baca disini
tadi nya nge blog disitu, dengan beberapa pertimbangan pindah deh (itu juga atas saran dari temen IT di kantor, namanya juga masih gaptek,hehehe)

ekpresi arkan..

foto - foto arkan dalam beberapa momen...


Kamis, Desember 11, 2008

bete bete : kisah para pencari sinyal..


bete - bete...

ini bukan judul lagunya dewiq, bukan pula ungkapan tentang sifat/kondisi lagi bad mood yang terkadang kita alami. bete bete adalah nama suatu desa, di kecamatan bahadopi kabupaten morowali, sulawesi tengah. yang ingin saya ceritakan bukan tentang desa bete bete nya, melainkan sebuah tempat, puncak sebuah bukit sebelum masuk ke desa tersebut kalo dari arah mess/camp perusahaan tempat saya bekerja. jaraknya kurang lebih 33 km dengan waktu tempuh sekitar satu jam lima belas menit.
daerah tersebut terletak kira-kira tiga km dari desa bete bete, namun untuk mempermudah kami menyebut/menamainya bete bete. tempat itu begitu familiar dan populer sekaligus tempat yang paling sering kami kunjungi disela rutinitas dan aktivitas kerja. bukan karena disitu ada tempat hiburan, cafe ataupun tempat rekreasi. tapi karena tempat itu adalah tempat terdekat dimana bisa mendapatkan sinyal telefon dari provider telekomunikasi yang mengkalim diri sebagai yang paling banyak pelanggannya. mungkin terdengar naif sekaligus ironi bagi kita yang tinggal di pulau jawa dimana sinyal telefon dari berbagai provider begitu mudah didapat dengan kualitas sinyal yang bagus,bahkan didalam kamar sekalipun. tapi itulah kenyataan, bahwa sinyal adalah sesuatu yang mahal dan perlu perjuangan untuk mendapatkannya, setidaknya bagi saya dan teman teman sekerja di site ini, juga masyarakat di sekitar daerah ini. (ini juga bisa menjadi bukti tentang belum meratanya pembangunan)

bagaimana tidak mahal dan penuh perjuangan, ketika kami telah lelah bekerja seharian kami harus menempuh perjalanan hampir 1,5 jam dengan kondisi jalan yang jauh dari kata mulus untuk sekedar bisa bertelepon. jalanan tanah, berbatu kadang berlumpur dengan banyak lubang di jalan yg kalo musim hujan bisa menjadi kolam. padahal jalan ini adalah jalan lintas propinsi, yang menghubungkan propinsi sulawesi tengah dan sulawesi tenggara. ini juga bisa menjadi bukti bahwa pembangunan dan kemajuan yang dicapai oleh bangsa kita belum merata. karena luasnya wilayah atau karena minimnya anggaran pembangunan? sepertinya complicated deh.
pada suatu saat pernah ada tebing yang longsor dan menutupi jalan. oleh warga desa sekitar untuk mendapatkan uang. mereka mengutip 'uang lewat' sebesar seratus ribu rupiah untuk setiap mobil yang lewat. dengan dalih mereka yang membuka dan membersihkan longsoran. setelah beberapa hari, tiba-tiba para pengutip tidak lagi beraksi. namun kutipan lain muncul, di desa sebelah. karena mobil yang kami pakai melewati jalan kampung dan menimbulkan kerusakan. yang ini 'resmi' karena ada karcis/tiket tanda terima retribusi dengan stempel desa. retribusi 'resmi' dan setengah memaksa ini besarnya sepuluh ribu rupiah. belum lagi resiko bocor ban mengingat kondisi jalan yang off the record, eh off the road..saya sendiri pernah mengalaminya.

meski banyak tantangan dan keterbatasan, toh kami dengan berbagai cara berusaha untuk tetap ke bete bete. bekerja jauh dari keluarga tentu membuat kita cepat jenuh dan rindu dengan orang orang tersayang (ciee..cieeee). selain itu kita juga ingin tahu kondisi dan kabar keluarga yang kita tinggalkan. ketika rutinitas dan pressure kerja mulai menimbulkan kepenatan dan kejenuhan. celoteh riang dan menggemaskan dari sikecil bagi yang sudah punya anak adalah salah satu pereda gejala stress itu. juga sapaan hangat dan mesra dari orang terkasih. pun ketika kita mengetahui kondisi dan kabar keluarga dalam keadaan baik dan sehat, kita bisa bekerja dengan lebih tenang. dengan sendirinya resiko terjadi kecelakaan kerja bisa berkurang..(kayak lagi safety talk neh).

kami biasanya ke bete-bete secara berombongan, menggunakan fasilitas perusahaan (mobil dan BBMnya). pada saat peak season satu mobil bisa mengangkut 20 penelpon (6-8 didalam kabin dan sisanya terpaksa ngejogrok di bak belakang). tidak ada jadwal yang pasti karena bisa dibilang ini adalah kegiatan 'terlarang', karena menggunakan fasilitas perusahaan diluar jam kerja. tapi karena kondisi kami terpaksa melakukannya, toh sudah saling tahu. bayangkan saja, seandainya kita terisolasi dan tidak bisa berkomunikasi dengan dunia luar selama dua bulan, tidak tahu kabar keluarga, saudara, pacar???ada 'jadwal tak resmi' yakni rabu malam dan sabtu malam. kami biasanya berangkat dari mess setelah makan malam, menelpon sekitar 2 jam kemudian pulang. sampai di mess sekitar jam dua belas malam atau jam satu dinihari. (saya sendiri pernah sampai mess jam dua dinihari, karena berangkat dari mess sekitar jam sepuluh malam). di luar jadwal dan patron tak resmi itu, kadang kala ada yang pergi juga, dengan berbagai alasan yang pastinya reasonable.

banyak kejadian dan pengalaman lucu, seru, konyol dalam kisah ke bete bete untuk mendapatkan sinyal ini. ada teman yang lupa bawa hape (betapa menyesalnya dia) dan ketika minggu depan kesana lagi ternyata oh ternyata simcardnya keluaran provider lain dan jelas tidak dapat sinyal. ada juga teman yang lupa men charge batere hape sehingga ketika sampai disana dia cuma bisa menelepon beberapa menit aja padahal perjalanan yang mesti ditempuh sekitar tiga jam pergi-pulang (yang ini saya juga pernah mengalaminya). pernah juga mobil rombongan teman bermasalah saat mau pulang. akhirnya ditarik dengan mobil lain sampai di mess. atau ketika stok bbm menipis, aktivitas ini diperketat dan bahkan dilarang sama sekali. namun masih ada yang mencari celah. ada yang 'nekat' naik motor (motor inventaris perusahaan juga, tapi bensin beli sendiri) bahkan ada yang bela belain nyewa motor (plus ngisi bensin tentunya). namun diantara itu semua ada yang lebih konyol sekaligus menjengkelkan. pas sampai disana sinyal blank, atau ada sinyal tapi tidak bisa nyambung. pada saat peak season juga susah nyambung. akhirnya yang terdengar adalah ucapan bernada jengkel, kecewa dan marah (ato frustasi yaaa?). sudah menempuh perjalanan sedemikian jauh tapi harapan untuk bisa menelpon keluarga dan orang terkasih tidak kesampaian..

apapun, bete bete tetap menjadi tujuan kami, para pencari sinyal..sekedar pelepas rindu dengan keluarga, istri, si buah hati, atau siapapun yang ingin kami telpon. sejenak mengurangi kepenatan disela rutininas kerja. menjalin silaturrahim dengan kawan, sodara dan relasi. memastikan keadaan dan kondisi keluarga yang ditinggal bekerja di rantau. kami akan kesana, ketika kami merasa ingin kesana..karena bekerja tidak hanya soal pekerjaan, ada nilai nilai tentang hidup dan hakikat kita sebagai manusia disana...